Setelah insiden absurd di mana Paxos — partner blockchain PayPal — nggak sengaja “mencetak” $300 triliun PYUSD, satu pertanyaan besar muncul: masih bisakah kita percaya pada stablecoin?
baca article tentang: PayPal & Paxos Bikin Geger: Stablecoin “Salah Cetak” Rp 300 Kuadriliun?!
Soalnya, konsep stablecoin dari awal itu simpel: nilai stabil, aman, dan jadi jembatan antara dunia fiat dan kripto. Tapi ketika perusahaan sebesar Paxos bisa salah cetak token sebanyak dua kali GDP dunia, semua janji itu mulai terdengar agak... goyah.
“Stable” Tapi Gagal Stabil
Stablecoin dirancang buat hindari drama volatilitas kayak Bitcoin. Tapi faktanya, beberapa tahun terakhir, kita udah lihat beberapa “stabil” coin malah collapse, kayak TerraUSD (LUNA) dulu.
Nah, kasus Paxos ini beda — bukan karena sistem keuangan mereka gagal, tapi karena kesalahan teknis internal. Tetap aja, hal ini bikin banyak pihak sadar bahwa “error kecil” di blockchain bisa berarti chaos global kalau nggak dikontrol.
Beberapa analis crypto bilang insiden ini jadi alarm buat seluruh industri:
“Stablecoin itu bukan cuma soal nilai dolar-nya tetap 1:1. Tapi juga soal stabilitas sistem dan kepercayaan pengguna,” kata seorang pakar Web3 di forum Reddit.
Masalahnya Ada di Backend
Yang menarik, kejadian ini bukan soal hacking atau serangan eksternal — tapi murni dari backend error.
Artinya, blockchain memang aman, tapi proses otomatisasi di belakang layar (smart contract, server, API) masih rentan banget.
Bayangin aja kalau error itu nggak cepat ketahuan dan langsung dibakar — mungkin harga pasar crypto bakal kacau, dan siapa pun yang pegang PYUSD bisa tiba-tiba jadi “triliuner” semalam.
Efek Domino ke PayPal dan Dunia Keuangan
Buat PayPal, yang baru aja nyemplung serius ke dunia blockchain lewat PYUSD, insiden ini jelas bikin reputasi mereka agak goyah. Investor jadi lebih hati-hati, dan media keuangan mulai mempertanyakan:
“Apakah perusahaan fintech tradisional siap bermain di dunia blockchain yang kompleks ini?”
Bahkan bank-bank besar yang sebelumnya tertarik meluncurkan stablecoin sendiri, mulai mikir dua kali. Karena kalau pemain sekelas Paxos aja bisa salah cetak triliunan dolar, apalagi startup baru?
Dunia Web3 Butuh Audit dan Accountability
Dari insiden ini, satu hal makin jelas:
Blockchain bisa transparan, tapi manusia di baliknya tetap bisa salah.
Maka, muncul tuntutan baru: audit real-time, sistem multi-verifikasi sebelum token dicetak, dan failsafe trigger biar kesalahan semacam ini nggak keulang.
Kalau nggak, kepercayaan terhadap stablecoin bisa benar-benar luntur — dan mimpi “masa depan finansial terdesentralisasi” bisa jadi cuma jargon kosong.
Kesimpulan
Kasus Paxos ini jadi pengingat keras bahwa teknologi canggih nggak berarti sempurna.
Crypto dan stablecoin masih punya masa depan cerah, tapi butuh sistem yang benar-benar “stable” — bukan cuma dari segi harga, tapi juga integritas dan keamanan.
Sampai itu terwujud, satu kesalahan kecil bisa berarti $300 triliun kesalahan besar.
Comments (0)
Belum ada komentar untuk berita ini.